Super Junior - DISCOVER KOREA's DELICIOUS SECRET

Sabtu, 30 April 2011

Discover Korea's Delicious Secret with Super Junior



Siwon's Korean food from a childhood memory, Pajeon (scallion pancake)



Shin Dong's appetite booster, Osam bulgogi




Eun Hyuk's favorite Korean food, Japchae






Lee Teuk's Beloved Topokki



Kyu Hyun & Ryeo Wook's Secret Bibimbap



Ye Sung's Precious Dak gang jung





Hee Chul's favorite, Korean beef Bulgogi

Dong Hae's Soft Sundubu-jjigae
Sung Min's Energy Booster Kimchi

Kota Sejarah, Kota Budaya, “Kota Pelabuhan Mokpo”





Mokpo di Propinsi Jeolla Selatan adalah salah satu kota pelabuhan terbesar di Korea yang memiliki sejarah lebih dari satu abad. Kota ini terletak di paling selatan dari Jalan Raya Pantai Barat, sekitar empat jam dari Ibu Kota Korea Selatan, Seoul. Mokpo, pertama kali menjadi perhatian wisatawan berkat tembang populer di tahun 1930an, “Mokpoeui Nunmul” atau “Air Mata Mokpo.” Seperti yang terungkapkan dalam lirik lagu tersebut, kini Mokpo juga telah menjadi kota budaya yang cukup berkembang di Korea.

Tujuan paling utama di Mokpo adalah Gunung Yudal atau “Yudalsan.” Dari gunung yang terletak di pinggir distrik kota Mokpo, sekitar 230 meter dari permukaan laut ini, kita dapat melihat seluruh pemandangan kota Mokpo. Disini terdapat Patung Laksamana Agung Lee Soon-shin yang telah berjasa dalam membantu menghentikan invasi Pasukan Imjin Jepang di tahun 1592. Selain itu kita juga dapat melihat pemandangan paling indah di Mokpo, yaitu di paviliun Yuseongak, sambil mendengarkan dongeng-dongeng tentang Kota Mokpo. Puncak Ildeungbawi pun sangat menarik karena terletak di atas awan dan kabut dari laut, sehingga membuat para turis merasa seperti sedang melayang. Dalam perjalanan turun pun kita dapat berhenti sejenak di Taman Botanikal Tanaman Pribumi, tempat dimana kita dapat melihat tumbuhan langka dari seluruh Korea, dan juga Taman Arca, dimana 41 karya seni pahat artis lokal dan mancanegara dipamerkan di sebuah taman terbuka.

Sementara itu, di sepanjang pelabuhan Mokpo, delapan museum dan ruang pameran berjejer di jalan yang disebut dengan “Jalan Budaya Gatbawi.” Diantara museum tersebut terdapat, “Pusat Kebudayaan Mokpo,” “Ruang Seni Budaya,” “Museum Sejarah Alamiah,” dan juga “Pusat Penelitian Budaya Maritim Nasional,” yang merupakan satu-satunya pusat penelitian bawah laut di Korea yang memamerkan kapal kuno Shinan yang ditemukan karam disekitar perairan Mokpo.

Jalan Budaya Gatbawi juga akan membawa kita menuju “Jembatan Hobaeng” atau juga disebut “Jembatan Naik-Turun” karena pada saat air surut jembatan ini akan turun satu meter, dan pada saat air pasang jembatan ini akan naik menyesuaikan dengan ketinggian air. Jembatan ini menghubungkan kita pada “Plaza Perdamaian,” yang terdiri dari beberapa panggung outdoor. 

Karena saat ini adalah musim ikan layur, ikan berwarna perak berekor panjang, pada tanggal 16 Oktober akan dimulai “Festival Ikan Layur Perak” yang berlangsung selama tiga hari. Di malam setelah matahari terbenam sepanjang tahunnya, jalan tepi pantai pelabuhan Mokpo pun akan diterangi oleh lampu dari kapal-kapal pemancing yang disebut dengan nama “Jalan Terang” atau “Luminarie” sepanjang 920 meter. Dan bagi mereka yang lapar, di Mokpo juga ada sebuah restoran ternama yang menyediakan cumi-cumi kecil berkaki tipis, yang dikatakan baik untuk kesehatan. Mungkin karena makanan sehat itulah Mokpo bersemangat untuk menjadi kota budaya dan sejarah terbaik di Korea.





sr : KBS World

Rumah Musik Tradisional Korea

Jumat, 29 April 2011

Yeongdong terletak di sebelah utara Provinsi Chungcheong, sekitar 5 jam perjalanan dari Seoul. Tempat ini selalu dipenuhi dengan suara aliran air sepanjang tahun karena Sungai Yang, cabang dari sungai Geum, selalu mengalir ke arah puncak gunung Sobaek. Yeongdong terkenal dengan sebutan Air Terjun Park Yeon karena setara dengan permainan seruling Park Yeon, dan tempat ini juga terkenal dengan nama Air Terjun Okgye. 

Park Yeon – sering dikenal dengan nama Nangye Park Yeon -- bernama pena Nangye, adalah Bapak Alat Musik Tradisional Korea yang selalu datang ke tempat ini untuk melepas penat dan memainkan piri, seruling tradisional Korea. Sebagai tempat pelestarian musik tradisional Korea, tempat ini tidak hanya memiliki fasilitas yang berhubungan dengan jenis musik , tetapi juga menjadi tempat bagi orkestra musik klasik Korea. Wilayah ini juga merupakan kampung halaman Nangye Park Yeon, salah satu dari tiga pemain musik handal Korea, Wang San-ak(왕산악) dari Goguryeo dan Ureuk dari wilayah Silla.

Di tempat ini, terdapat berbagai fasilitas seperti museum, tempat pembuatan alat musik, dan arena pertunjukan. Museum Musik Tradisional Nangye menampilkan karya-karya dan alat musik, buah karya Park Yeon, termasuk juga sejarah dan proses pembuatannya. Di Pusat Pembuatan Alat Musik Tradisional Nangye, kita dapat membuat alat-alat musik tradisional Korea yang terbagi menjadi alat musik petik dan pukul. Proses pembuatannya dapat diikuti mulai dari mengukir kayu, memasang senar sampai melukis. Selain membuat, kita juga dapat mengikuti kelas untuk belajar memainkan alat musik tradisional itu. Di arena pertunjukan, Aula Musik Tradisional Nangye, kita dapat melihat pertunjukan alat musik tradisional. Terdapat 500 kursi dan lebih dari 70 penampilan musik klasik tradisional yang dapat kita nikmati di arena ini setiap tahunnya.

Dengan mengikuti semua kegiatan di tempat ini, mulai dari pembuatan sampai memainkan alat musik tradisional, kita dapat menghayati jejak langkah dan kehidupan musik Nangye Park Yeon. Bersama dengan hangatnya semilir angin musim semi yang mulai berhembus kali ini, kita dapat menikmati indahnya alunan musik klasik Korea yang berpadu dalam jalinan kehidupan sehari-hari masyarakat Yeongdong yang harmonis.





Yeongdong Ice Park









sr : KBS World

Pelajaran pertama. Percakapan Dasar





네.(예.)
[ Ne.(ye.)]
Ya. 

아니오.
[Anio.]
Tidak. (Bukan.) 

여보세요.
[Yeoboseyo.]
Halo. 

안녕하세요.
[Annyeong-haseyo.]
Apa kabar. 

안녕히 계세요.
[Annyong-hi gyeseyo.]
Selamat tinggal. 

안녕히 가세요.
[Annyeong-hi gaseyo.]
Selamat jalan. 

어서 오세요.
[Eoseo oseyo.]
Selamat datang. 

고맙습니다.(감사합니다.)
[Gomapseumnida. (Gamsahamnida.)]
Terima kasih. 

천만에요.
[Cheonmaneyo.]
Kembali. (Sama-sama.) 

미안합니다.(죄송합니다.)
[Mianhamnida. (Joesong-hamnida.)]
Minta maaf. (Mohon maaf.) 

괜찮습니다.(괜찮아요.)
[Gwaenchansseumnida.]
Tidak apa-apa. 

실례합니다.
[Sillyehamnida.]
Permisi.

Kebiasaan / Tradisi, Kesenian, Bahasa


Kebiasaan / Tradisi
Ada sebuah tradisi / kebiasaan  yang cukup terkenal di Korea. Tradisi ini dinamakan “sesi custom”. Tradisi sesi  dilaksanakan sekali setiap tahun. Sesi adalah sebuah tradisi untuk
mengakselerasikan ritme dari sebuah lingkaran kehidupan tahunan sehingga 
seseorang dapat lebih maju di lingkaran kehidupan tahun berikutnya. 
Tradisi sesi dilaksanakan berdasarkan kalender bulan (Lunar Calender). 
Matahari, menurut adat Korea
, tidak menunjukkan suatu karakteristik musiman. Akan tetapi, Bulan menunjukkan 
suatu perbedaan melalui perubahan fase bulan. Oleh karena itu, lebih mudah 
membedakan adanya perubahan musim atau waktu melalui fase bulan yang dilihat. 
Dalam tradisi sesi, ada lima 
dewa yang disembah, yaitu irwolseongsin (dewa matahari bulan dan 
bintang), sancheonsin (dewa gunung dan sungai), yongwangsin (raja 
naga), seonangsin (dewa kekuasaan), dan gasin (dewa rumah). 
Kelima dewa ini disembah karena dianggap dapat mengubah nasib dan keberuntungan 
seseorang. 
Pada hari di mana sesi dilaksanakan, akan diadakan sebuah acara makan malam 
antar sesama keluarga yang pertalian darahnya dekat (orang tua dengan anaknya). 
Acara makan wajib diawali dengan kimchi dan lalu dilanjutkan dengan 
“complete food session”. 
Ada juga mitos lain dalam memperoleh keberuntungan menurut tradisi Korea, 
antara lain “nut cracking” yaitu memecahkan kulit kacang-kacangan yang keras 
pada malam purnama pertama tahun baru, “treading on the bridge” yaitu berjalan 
dengan sangat santai melewati jembatan di bawah bulan purnama pada malam 
purnama pertama tahun baru yang katanya dapat membuat kaki kita kuat sepanjang 
tahun, dan “hanging a lucky rice scoop” yaitu menggantungkan skop (sendok) 
pengambil nasi di sebuah jendela yang katanya akan memberi beras yang melimpah 
sepanjang tahun.


Kesenian
Kesenian tradisional di Korea, dalam hal ini musik dan tarian, diperuntukkan khusus sebagai suatu bagian dalam penyembahan “ lima dewa" Ada beberapa alat musik   
tradisional yang digunakan, misalnya hyeonhakgeum (sejenis alat musik
berwarna hitam yang bentuknya seperti pipa dengan tujuh buah senar) dan gayageum 
(alat musik mirip hyeonhakgum tetapi bentuk, struktur, corak, dan cara memainkannya berbeda dan memiliki dua belas buah senar). Tarian tradisional yang cukup terkenal di Korea antara lain cheoyongmu (tarian topeng), hakchum (tarian perang), dan chunaengjeon (tarian musim semi). Tarian chunaengjeon ditarikan sebagai tanda terima kasih kepada dewa irwolseongsin dan dewa sancheonsin atas panen yang berhasil.

Bahasa
Bahasa yang digunakan di Korea adalah bahasa Korea. Penulisan bahasa Korea dinamakan Hangeul. Hangeul diciptakan oleh Raja Sejong pada abad ke 15. Hangeul terdiri dari 10 huruf vokal dan 14 konsonan yang bisa dikombinasikan menjadi banyak sekali huruf-huruf dalam bahasa Korea. Hangeul sangat mudah dibaca dan dipelajari. Hangeul juga dianggap sebagai bahasa tulisan yang paling sistematik dan scientific di dunia. Berikut adalah contoh Hangeul.