Hidup Di Kota Besar Bisa Buat Orang Jadi Tak Sehat

Kamis, 29 Desember 2011

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa bayi yang lahir dan tumbuh di kota besar berpotensi menghadapi berbagai masalah kesehatan baik secara fisik maupun mental yang serius. Masalah ini jelas merupakan ancaman besar, karena semakin hari semakin banyak orang yang pindah ke kota.

Pada tahun 1990, hanya 14 persen dari penduduk dunia yang tinggal di kota besar. Tahun 2008, penduduk yang tinggal di kota meningkat menjadi 50 persen. PBB memperkirakan jumlah penduduk dunia yang tinggal di kota besar akan meningkat menjadi 70 persen.

Secara umum, masyarakat perkotaan lebih memiliki kualitas hidup yang baik daripada masyarakat pedesaan. Mereka memiliki penghasilan yang cukup, karir yang cemerlang, fasilitas kesehatan yang memadai, sanitasi yang baik, dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Tapi ternyata hidup di perkotaan berpotensi meningkatkan resiko gangguan kesehatan kronis seperti penyakit mental, penyakit kekebalan tubuh, arthritis, penyakit jantung, kanker dan masalah kesuburan.

Sebagai konsekuensi dari semakin padatnya penduduk perkotaan, masalah tersebut menjadi semakin buruk. Hasil penelitian menyebutkan bahwa polusi di perkotaan mempengaruhi kesehatan manusia, bahkan janin yang masih ada dalam kandungan sehingga membuat masyarakat perkotaan rentan terhadap penyakit. 

Para ilmuwan menemukan bahwa bayi yang lahir di perkotaan mempunyai berat badan lebih besar daripada bayi yang lahir dan tumbuh di pedesaan. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa plasenta ibu yang hidup di kota lebih tinggi terkena polutan kimia ketimbang para ibu di desa.

Polutan yang bernama Xenoestrogen, dialirkan ke dalam darah bayinya sehingga para anak yang tinggal di kota sudah terkena polusi dari dalam kandungan. Xenoestrogen merupakan bahan kimia yang mempengaruhi tubuh manusia dengan cara yang mirip dengan hormon wanita, estrogen. Zat ini banyak ditemukan pada asap kendaraan bermotor maupun asap pabrik.

Xenoestrogen juga bisa membuat ukuran janin menjadi lebih besar dari seharusnya. Dr Maria Marcos, yang memimpin penelitian, mengatakan bahwa Xenoestrogen beracun memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan janin-janin. Efek lain dari Xenoestrogen yang tak kalah buruk antara lain, memicu obesitas, hiperaktif, pubertas dini, masalah kesuburan kanker payudara, kanker paru-paru, dan kanker prostat.

Pada tahun 2010, tes laboratorium yang dilakukan di Ohio State University menunjukkan bahwa polusi di perkotaan menyebabkan perubahan metabolisme pada balita sehingga meningkatkan kadar gula darah dan resistensi terhadap insulin yang mengatur jalannya metabolisme karbohidrat dalam tubuh. Dr. Qinghua Sun, profesor dari Ohio State University, menjelaskan, polutan bisa meningkatkan resiko Diabetes tipe 2.

"Partikel-partikel kimia halus mampu menyebabkan peradangan dan perubahan pada sel-sel lemak yang berpengaruh meningkatkan resiko diabetes tipe 2. Hidup di kota membuat Anda sulit melepaskan diri dari penyerapan udara kotor yang dimulai sejak awal kehidupan, ujar Qinghua Sun.

Sebuah penelitian dalam Journal of experimental Medicine, menemukan bahwa ibu yang tinggal di daerah perkotaan melahirkan bayi yang lebih sensitif terhadap alergi, dibanding anak yang lahir dari ibu di daerah peternakan. Namun yang paling mengganggu dari hidup di perkotaan adalah bertambahnya tingkat stres. 

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr Glyn Lewis dari Institute of Psychiatry di London, menyebutkan bahwa penyakit otak seperti Skizofrenis terjadi 2 kali lebih tinggi terhadap pria yang lahir dan dibesarkan di area perkotaan. Masyarakat perkotaan juga memiliki resiko 39 persen lebih besar merasakan depresi dan gangguan bipolar, serta 21 persen meningkatkan rasa panik dan phobia berlebihan. Wanita muda yang tumbuh di perkotaan juga memiliki resiko lima kali lebih besar terkena masalah gangguan makan seperti bulimia.




sr : wolipop

0 komentar:

Posting Komentar